6 Juli 2011

Hidup Sehat Ala Nabi Muhammad



Jakarta (voa-Islam) – Para pelaksana Thibbun Nabawihendaknya tidak terlampau percara diri (pede), dengan hanya meyakini pengobatan  Nabi ini  sebagai satu-satunya yang benar. Di zaman Nabi Saw, harus diakui, penelitian tentang pola hidup sehat tidak selengkap sekarang.  Bagaimanapun, pengobatan ala Nabi harus tetap didukung oleh  ilmu kedokteran modern agar bisa saling melengkapi.
”Ketika gendang telinga saya sakit, saya berobat ke dokter. Tentu hanya dengan meminum habbatussauda saja tidak cukup, tapi harus minum obat penahan rasa sakit atau antibiotic,” ungkap KH. Abdullah Gymastiar atau yang akrab disapa Aa’ Gym dalam Seminar Sehari “Pengobatan Nabi Ditinjau dari Perspektif Medis” di Auditorium Masjid Raya Pondok Indah, Jakarta Selatan, belum lama  ini. Hadir sebagai pembicara antara lain: Siti Fadilah Supari (Mantan Menteri Kesehatan), Prof. dr. Veni Hadju, dan PhD, Dr. Agus Rahmadi.
Menurut Aa’ Gym, bicara Thibbun Nabawi, seyogianya tidak hanya membicarakan kesehatan fisik semata, tapi bagaimana menjelaskan, bahwa untuk hidup sehat atapun sakit tetap membuat seseorang punya nilai tambah.
Rasulullah Saw mengajarkan kepada umatnya untuk hidup sehat. Kata Rasulullah, sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya. Karena itu,  niatkan keinginan untuk sehat ini , tak lain agar bisa mengabdi kepada Allah, dan bermanfaat untuk umat. Pointnya adalah niatnya harus benar, begitu juga caranya, sehingga betul-betul menjadi amal saleh.
“Jadi niatnya harus jelas dulu, kesehatan yang diniatkan untuk mau awet muda atau apa? Jika kita salah niatnya, maka makna sehat itu menjadi tidak ada nilai tambahnya. Sebab, ada orang yang sakit, justru menjadi shaleh. Rasa sakitnya itu malah membuatnya lebih mengenal Allah, bahkan jauh lebih matang, bijak, dan siap untuk menghadapi kematian. Karenanya, bicara kesehatan harus lebih mendalam,” tandas Aa’ Gym.
Banyak pelajaran, bila kita mengikuti pola sehat, seperti yang dilakukan Rasulullah Saw. Misalnya, Rasul punya gaya makan yang baik. Beliau sangat menjaga sekali lambungnya. Makan itu bukan perkara lidah, tapi menyehatkan. Adapun kita, makan hanya untuk memanjakan lidah. Terpenting, niatkan untuk hidup sehat agar senantiasa tetap bertaqarub kepada Allah Swt, dan menjadi manusia yang bermanfaat, sehingga menjadi amal saleh.
“Dulu saya gemar makan Soto Betawi, tapi sekarang tidak lagi.  Jadi, makanan yang kita makan tentu harus halal dan thayyib. Bukan hanya enak, tapi menyehatkan. Satu hal, Rasul itu tidak pernah makan malam. Pola makan Rasul itu, berhenti makan sebelum kenyang, tidak makan ketika lapar. Perlu diketahui, perut Rasul itu terbagi tiga: sepertiga makanan, sepertiga air, dan sepertiga udara. Jadi Nabi kalau makan tidak sampai kekenyangan,” ujar Aa.
Makan itu tidak harus kenyang, yang penting cukup untuk kekuatan tubuh. Maka biasakanlah untuk mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran, termasuk kurma dan madu. Begitu juga dengan pola minum yang dapat menentukan darah dan otak kita.  Air zamzam adalah air berkualitas. Jika perlu, kita berinvestasi pada air minum.
“Pernah suatu ketika Ibnu Qayyim jatuh sakit. Ia tidak minum obat, melainkan  hanya minum air zaman yang sebelumnya dibacakan doa dan surah Al Fatihah. Ini menunjukkan, kekuatan doa itu sangat bersinergi dengan air zamzam. Karena itu, perbaikilah pola makan dan minum kita mulai sekarang.”
Tidak kalah penting, adalah menjaga kualitas udara. Rasul itu selalu melaksanakan tahajud dan  jalan pagi dengan menghirup udara segar. Bahkan, Rasul ketika berangkat ke masjid, pulangnya selalu melalui  jalan yang berbeda.  Aa Gym juga menganjurkan agar kita rajin berolahraga. Karena orang rajin olahraha, tingkat kematain selnya jauh lebih panjang. Maka harus digalakkan: mengolahragakan umat.
Selanjutnya, mengikuti pola tidur Rasulullah. Peru diketahui, Rasul itu cepat tidurnya dan cepat bangunnya. Menyempat tidur di siang hari, walau setengah jam, dapat meningkatkan daya produktif menjadi lebih baik lagi. Akan lebih baik, jika kita tidur dalam keadaan zikir, atau sambil mendengar Al Qur’an.
“Terpenting, Rasul itu sangat intensif ibadah. Saya  percaya perintah ibadah itu akan merelaksasi sel-sel tubuh, misalnya ketika membasuh air wudhu, atau sujud maupun rukuk, termasuk mandi malam dengan menggunakan air dingin. Ini bagus untuk menurunkan tensi darah tinggi seseorang. Orang yang terbiasa tahajud maupun saum, bisanya mempunyai daya imun atau kekebalan tubuh yang lebih baik, ketimbang yang tidak pernah bertahajud atau saum.”
Poin yang lebih penting adalah mengamalkan Resep Qalbun Salim, yakni memiliki hati yang lapang dan bersih. Orang yang dapat mengontrol emosinya, adalah salah satu kiat untuk hidup sehat. “Karena itu diusahakan, ketika orang marah, kita tidak ikut-ikutan marah. Juga tidak membalas keburukan dengan keburukan. Jika Nabi memiliki karakter dan sifat marah, dakwah pasti gagal. Lalu apa gunanya kita  rutin minum madu, habbatussauda, tapi tetap saja komplikasi, dikarenakan memelihara penyakit hati dan mudah marah.”
Aa’ Gym mengaku, dulu saat ia berusia 40 tahun, sering mengalami penyakit asam urat, sariawan yang terus menerus,  ditumbuhi jerawat. Dalam hal  bisnis, dulu Aa merasa senang dengan perusahaan banyak, tapi disisi lain ia merasa tertekan. Sekarang, baginya yang penting benar dan jujur, rezeki sudah ada yang ngatur. Hal ini sangat berpengaruh pada kesehatannya.
“Sejujurnya saya lebih nyaman dan bahagia selepas diberi ujian. Karena ujian adalah bagian dari kasih sayang  Allah. Kunci dari semua itu adalah memiliki Tauhid yang bagus. Ketika kita berhasil melepaskan tuhan-tuhan lain di hati kita,  hanya Allah saja, maka hidup ini akan terasa lebih ringan. Dengan  lepasnya hati ini dari harap dan takut kepada makhluk, dan tak lagi condong pada dunia, entah itu harta berlimpah, gelar, pangkat, kedudukan, popularitas, penghargaan , pujian, kehormatan, dan cinta orang, maka kita bisa memahami hidup yang sesungguhnya.”
Jadi Qalbun Salim  yang paling utama adalah Tauhidnya hanya kepada  Allah.  Ketika itulah kita menjadi lebih lega, lapang, merdeka, tidak takut dihina. “Dulu, saya takut dihina, sekarang tidak mau pusing lagi dengan mulut orang.  Banyak orang takut menghadapi ujian hidup ini, padahal ujian itu tidak bahaya. Yang bahaya itu  ketika kita salah memberikan jawabannya. Begitu juga, orang banyak yang takut dengan sakit, padahal sakit jika dinikmati akan ada hikmahnya, dan bisa membuat seseorang semakin dengan Tuhan-Nya. Bukankah ujung dari sehat itu pada akhirnya mati juga.”
Maka, jika ingin sehat, belajar tauhid, kenali Allah, hingga kita dapat melepaskan segala sesuatu yang selama ini kita jadikan tuhan, seperti menuhankan uang, pujian, pangkat dan jabatan. Dengan itu, kita akan lega dan ujian serta cobaan hidup akan terasa lebih enteng. Hakikat sehat yang dilakukan Rasul adalah tidak berat hatinya, walau pun berat cobaannya. (Desastian)

0 komentar:

Posting Komentar